Ringkasan buku karya Raditya Dika
Oleh: Slenggoro Lantip S.S.A.
Selama 10 tahun karir saya di bidang sastra, saya sudah
sering berpikir untuk membuat buku panduan menulis. Tapi, saya merasa bahwa
diri saya memang belum terlalu ‘ahli’ dalam menulis. Oleh karena itu, buku ini
bukan panduan menulis, melainkan bocoran rahasia-rahasia saya tentang menulis.
Mungkin, kalian ada yang tidak setuju dengan hal yang saya katakana di dalam
buku ini. Tidak apa-apa.
Hal pertama yang diahdapi dalam menulis adalah persiapan.
Banyak orang yang menganggap bahwa menulis tidak membutuhkan persiapan. Mereka
tidak menyadari bahwa persiapan menulis sama pentingnya dengan menulis itu
sendiri(Peringkas tidak terlalu setuju dengan hal ini, karena sebagian besar
artikel yang ada di dalam blog saya memang tidak diberi persiapan). Hal pertama
yang harus dipersiapkan adalah ide. Rahasia saya dalam menggali ide adalah
untuk mencari kegelisahan. Kenapa? Karena dengan kegelisahan akan muncul emosi negatif,
dan akan lebih mudah digali. Selanjutnya adalah mengubah ide tersebut menjadi
sebuah premis. Premis merupakan intisari sebuah cerita dalam satu kalimat saja.
Hal ini sangat bermanfaat dalam sebuah cerita karena dapat mendasari cerita
tersebut, menjadi ‘elevator pitch’,
dan dapt menentukan Panjang pendeknya sautu cerita.
Hal yang tidak kalah penting adalah karakter. Kita tidak bisa
hanya membuat sebuah karakter dan memasukkannya ke dalam sebuah cerita. Sebuah
karakter harus memiliki sifat yang unik dan istimewa. Kita harus kenal dengan karakter tersebut. Jika sudah,
maka secara otomatis semakin mudah menulis adegan-adegan mereka. Seorang
karakter harus memiliki kepribadian. Kita harus memberikan karakter tersebut kelemahan
dan kelebihan, keinginan dan kebutuhan, dll. Sifat-sifat inilah yang memudahkan
kita menulis suatu karakter. Ending
yang baik adalah ending dimana
karakter tersebut mendapati kebutuhannya atau mengatasi kelemahannya. Kedua, kita harus membentuk fisik karakter kita. Saran saya adalah
untuk tidak membuat fisik karakter tersebut terlalu ‘normal’. Dalam menulis
cerita, kita harus menentukan peran karakter tersebut. Saran saya? hindari stereotip.
Intinya, kita harus membuat karakter kkita se-‘natural’ mungkin. Buatlah character arc yang membuat pembaca puas
dengan karakter tersebut.
Setelah itu, muncullah struktur. Struktur akan lebih
mudah ditulis dengan membaginya menjadi tiga babak: Act 1 yaitu introduksi, Act
2 yaitu aksi, dan Act 3 yaitu konklusi. Dengan cara ini akan lebih mudah untuk
mengemukakan cerita.
Lalu tibalah saat penulisan. Saat dimana kita memerlukan
cara-cara menulis yang baik. Hal pertama yang harus dipahami adalah sudut
pandang. Sudut pandang dalam maksud ini adalah sudut pandang penceritaan
tulisan tersebut. Sudut pandang yang sering digunakan adalah sudut pandang
orang pertama dan ketiga. Cerita yang diceritakan dari sudut pandang orang
pertama biasanya diceritakan oleh karakter utama(disinilah peringkas sadar
bahwa jumlah kata sudah hampir mencapai 500). Sedangkan sudut pandang orang
ketiga menempatkan penceritaan di tangan seorang’dewa’yang mengetahui semuanya.
Kalimat pertama juga penting karena menentukan layak tidaknya buku di mata
pembaca. Gaya Bahasa kita juga berpengaruh. Ketahuilah perbedaan antara showing dan telling. Selain itu, gunakanlah berbagai macam metafora untuk mengisi
cerita. Gaya Bahasa juga dapat membedakan kita dari penulis-penulis yang lain
dengan suatu ‘suara’ yang khas.
Jadi, buku kalian sudah selesai, lalu apa selanjutnya?
Tahap pertama setelah menulis sebuah buku adalah editing. Editing yang baik
membuat tulisan menjadi rapin, padat, dan hidup. Hal ini dapat dicapai denganh
memperbaiki typo, mengubah struktur kalimat, dan menghindari klise. Lalu,
tulisan kalian selesai, waktunya diterbitkan. Carilah penerbit yang cocok. Jangan
kirim naskah lewat email atau pos, tetapi datanglah ke kantor penerbitnya dan
tatap muka kepada editotnya. Jauhilah sindrom masterpiece. Seorang editor sudahberpengalaman menghadapi banyak
naskah. Janagn ngotot naskah kamu harus diterbitkan. Ciptakanlah branding bagi diri sendiri.
Hidup sebagai seorang penulis tidak selalu enak.
Singkatnya, sama seperti menulis PR setiap hari. Banyak deadline-deadline yang
akan kamu hadapi. Namun, adakebahagiaan tersendiri bagi seorang penulis.
Melihat karya kamu dipajang di took buku, menyadari bahwa tulisan-tulisan kita
mempengaruhi hidup orang banyak. Itulah hidup seorang penulis.
Komentar
Posting Komentar