Langsung ke konten utama

Karya Tulis Bab I


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1             LATAR BELAKANG
Penerbangan adalah salah satu sensasi umat manusia terbesar yang mawujud, dan dari waktu ke waktu semakin maju.(IG. P. Mastra, 2016). Mulai dari penerbangan fenomenal Wright bersaudara pada tahun 1903, transportasi udara menjadi semakin terjangkau bagi semua orang. Tetapi transportasi udara komersial tidak terlalu populer dan hanya dapat dilakukan oleh masyarakat kelas atas.
Pada tahun 1926, penerbangan komersial mulai semakin teratur dengan regulasi dan rasionalisasi. Maskapai komersial Eropa pada tahun ini mengoperasikan pesawat-pesawat kecil dengan rute-rute ke tanah koloni jajahan. Oleh karena itu, jumlah penumpang sangatlah sedikit dibandingkan sekarang, dan semua penumpangnya merupakan orang-orang kaya kelas atas.
Setelah Perang Dunia II, industri penerbangan komersial kembali mekar. Banyak pesawat-pesawat baru bermunculan, sebagian besar merupakan modifikasi dari pesawat militer Perang Dunia II seperti Boeing B-29. Teknologi baru seperti pengaturan tekanan udara kabin(cabin pressurization) memungkinkan pesawat untuk terbang lebih tinggi, meningkatkan efisiensi, kenyamanan, dan kapasitas pesawat. Masa keemasan atau yang sering disebut “golden age of aviation” dimulai dimulai pada tahun 1950, dimana transportasi udara semakin terjangkau bagi masyarakat luas. Pesawat jet seperti De Havilland Comet, Boeing 707, Tupolev Tu-104, dll. mulai menggantikan pesawat bermesin piston, dan dimulailah zaman pesawat jet pada tahun 1958. Perkembangan transportasi udara tidak berhenti di situ saja, pada 9 Februari 1969 Boeing memperkenalkan pesawat 747-100 yang merupakan pesawat berbadan lebar pertama di dunia. Sebulan kemudian pada 2 Maret 1969 adalah penerbangan perdana pesawat penumpang supersonik Concorde, 2 bulan setelah penerbangan perdana Tupolev Tu-144 oleh Uni Soviet pada 31 Desember 1968 yang merupakan SST(Supersonic Transport) pertama di dunia. Lalu pada 27 April 2005 merupakan penerbangan perdana superjumbo Airbus A380.
Sedangkan di Indonesia, sejarah penerbangan dimulai pada tahun 1913 dimana seorang penerbang Belanda melakukan pameran udara di Surabaya. Lalu pada tahun 1924, maskapai udara Belanda menerbangkan pesawat Fokker F.VII dari Schiphol, Amsterdam ke Cililitan(Halim Perdanakusuma). 26 Januari 1949 dianggap sebagai awal dari Garuda Indonesia dimana pesawat DC-3 dengan registrasi RI 001 diterbangkan dari Kalkuta, India ke Rangoon, Myanmar untuk disewa oleh pemerintah Myanmar. Lalu pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD mengangkut Ir. Soekarno dari Yogyakarta ke Jakarta untuk dilantik sebagai presiden pertama Indonesia. Lalu pada 31 Maret 1950 Garuda Indonesia didirikan dengan nama Garuda Indonesian Airways NV, dan pad saat itu dibagi kepemilikannya dengan pemerintah Republik Indonesia dan KLM. Disitulah sejarah penerbangan di Indonesia dimulai.
Sekarang Garuda Indonesia mengoperasikan 143 pesawat ke 91 destinasi di 12 negara. Penerbangan di Indonesia sudah jauh berkembang dari tahun 1949. Sepanjang sejarahnya, berbagai maskapai muncul di Indonesia walaupun hanya beberapa yang berhasil selamat dari krisis moneter tahun 1998.
Transportasi udara sudah menjadi faktor yang penting dalam era globalisasi. Sekarang saja, seorang pengusaha dapat berpergian dari New York ke London dalam waktu kurang dari 8 jam. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia penerbangan sudah berkembang dengan sangat pesat. Hal ini dikarenakan oleh munculnya teknologi baru dan permintaan untuk transportasi udara yang tinggi. Sekarang saja sudah terdapat lebih dari 9.000 pesawat yang mengudara pada saat ini mengangkut 1,2 juta penumpang ke berbagai destinasi di seluruh penjuru dunia. Mulai dari maraknya penrebangan komersial pada tahun 1940-an, penerbangan komersial sudah semakin terjangkau kepada masyarakat luas.
Sekarang ini, banyak maskapai yang sudah menyingkirkan pesawat lama untuk pesawat yang lebih baru. Hal ini dikarenakan oleh suatu masalah yang penting: efisiensi. Efisiensi dalam dunia penerbangan dapat mencakup berbagai hal mulai dari biaya, bahan bakar, sampai tenaga kerja manusia. Hal ini dapat dilihat dalam kasus bangkrutnya Pan American World Airways pada tahun 1991. Dimana armada maskapai tersebut sebagian besar terdiri dari Boeing 747, yang memang kurang efisien. Apalagi ditambah krisis bahan bakar pada tahun 1973 dan krisis bahan bakar setelah Perang Teluk Persia pada tahun 1990-1991 membuat pesawat tersebut semakin merugikan. Persaingan yang ketat dari maskapai lain seperti Delta Airlines yang lebih murah dan membuat keuntungan Pan Am semakin menurun. Akhirnya, pada tanggal 4 Desember 1991, Pan American World Airways menyatakan kebangkrutan.
Dari kasus Pan Am daitas, dapat dilihat bahwa efisiensi merupakan faktor yang penting dalam sebauh maskapai. Jadi dalam  karya tulis ini penulis akan membahas apa saja yang mempengaruhi efisiensi penerbangan.
1.2             RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah penulis sampaikan di atas, penulis akan
membahas masalah-masalah yang dapat muncul sebagai berikut:
a.       Apakah maksud dari ‘penerbangan yang efisien’?
b.      Kenapa efisiensi sangat dibutuhkan dalam dunia penerbangan?
c.       Apa kerugian dari penerbangan yang tidak efisien?
d.      Apa fungsi penerbangan yang efisien?
e.       Apa saja yang mempengaruhi efisiensi penerbangan?
f.        Bagaimana cara meningkatkan efisiensi penerbangan?
1.3             BATASAN MASALAH
Dalam karya tulis ini untuk membatasi materi yang akan penulis bahas, penulis  hanya akan membahas tentang apa saja yang mempengaruhi efisiensi transportasi udara. Maksud efisiensi dalam karya tulis ini adalah efisiensi dalam hal biaya operasional suatu maskapai.
1.4             TUJUAN PENULISAN
Tujuan utama penulis menulis karya tulis ini untuk mengenalkan orang lain kepada dunia penerbangan. Karya tulis ini juga dibuat sebagai salah satu profil lulusan SMP Labschool Jakarta. Penulis berharap bahwa karya tulis ini bermanfaat dan memberikan informasi yang menarik bagi pembaca. Penulis ingin karya tulis ini dapat memperluas pengetahuan pembaca, dan penulis berharap bahwa dengan karya tulis ini orang lain akan tertarik dengan dunia penerbangan dan dapat membuat industri penerbangan Indonesia lebih jaya lagi

.
1.5             TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengamatan data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melakukan studi pusaka yaitu dengan membaca buku dan mencari informasi dari internet.
            Dalam pengerjaan karya tulis ini, penulis mengambil informasi dari beberapa buku seperti; The Aircraft Book , Believe It or Not, Dunia Penerbangan Indonesia oleh Chappy Hakim, Dll. Penulis juga mendapatkan informasi dari website internet seperti Wikipedia,  dll.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Libur Akhir Tahun

Libur Akhir Tahun 20-21 Desember 2017, Saya dan keluarga saya berpergian ke Surabaya . Kami kesana untuk menghadiri pernikahan keluargaku di Bromo. Kami juga kesana karena mobil kami akan dijual kepada pamanku di Surabaya. Kita mulai berangkat setelah Shalat Isya. Kami kesana dengan mobil setelah meresmikan mutasi mobil ke Surabaya. Saya, Bunda, dan Ayah saya ke Surabaya disupiri oleh paman saya, Mas Dar. Ambil rapor SMP Labschool dilaksanakan pada tanggal 22 Desember maka kami tidak sempat mengambil rapor karena sudah di Surabaya. Sebelum pergi, Ibu saya sudah meminta ijin untuk mengambil rapor setelah liburan. Perjalanan kami dari Jakarta ke Surabaya memakan waktu 1 hari. Saya dan ayah saya juga sempat Shalat Ashar di Masjid Agung Demak. 22-28 Desember 2017,           Sebagai tempat menginap, Ayah saya menyewa apartemen Tamansari Papilio untuk perjalanan-perjalanan kita ke Surabaya. Kami sampai di Papilio pada malam hari. Setelah perjalanan kami ke Surabaya yang sebelumnya

Liburan Sekolah 2018

Liburan Sekolah 2018(37) Oleh: Slenggoro Lantip SSA Kelas 8C              2 Juni 2018. Saya sudah naik ke kelas delapan setelah ujian yang panjang. Saya dan ibu saya berencana pergi ke Pontianak bersama sepupu saya, Faras. Kami berangkat pukul 07.00 ke Bandara Soekarno-Hatta. Kami diantar oleh supir ayah saya. Kami tiba di bandara pukul 08.00. Kami langsung check-in di Terminal 3 dan berangkat ke ruang tunggu. Pesawat kita parkir di Gate 21 jadi kami harus jalan ke ujung bandara untuk sampai ke sana. Pesawat kami adalah Garuda Indonesia dari Soetta ke Supadio. Kami mulai push-back pukul 10.30 tapi karena kepadatan pesawat, kami mengantri ke runway selama 45 menit. Sayangnya, pesawat yang kami naiki tidak memiliki Infotainment personal. Jadi saya sempat tidur di sana, sekitar 1 jam kemudian kami mendarat di Bandara Supadio Pontianak.             Kami dijemput oleh nenek saya dan langsung ke rumah tante saya untuk salam-salam dahulu. Lalu saya, ibu saya, sepupu saya, dan n